Nov
02
2016
0

MENGENAL HUTAN MANGROVE

Dosen Pembimbing : Bpk Atus Syahbuddin

Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam

Jenis jenis tumbuhan di hutan mangrove

  1. Jeruju-Acanthus ilicifolius (Acanthaceae)

blog-1

 

Herba rendah, terjurai di permukaan tanah, kuat, agak berkayu, ketinggian hingga 2m. Cabang umumnya tegak tapi cenderung kurus sesuai dengan umurnya. Percabangan tidak banyak dan umumnya muncul dari bagian-bagian yang lebih tua. Akar udara muncul dari permukaan bawah batang horizontal.

Dua sayap gagang daun yang berduri terletak pada tangkai. Permukaan daun halus, tepi daun bervariasi: zigzag/bergerigi besar-besar seperti gergaji atau agak rata dan secara gradual menyempit menuju pangkal. Unit & letak: sederhana, berlawanan. Bentuk: lanset lebar. Ujung: meruncing dan berduri tajam. Ukuran: 9-30 x 4-12 cm.

Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung, kadang agak putih. Panjang tandan bunga 10-20 cm, sedangkan bunganya sendiri 5-4 cm. Bunga memiliki satu pinak daun penutup utama dan dua sekunder. Pinak daun tersebut tetap menempel seumur hidup pohon. Letak: di ujung. Formasi: bulir

Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo. Ukuran: buah panjang 2,5- 3 cm, biji 10 mm.

Biasanya pada atau dekat mangrove, sangat jarang di daratan. Memiliki kekhasan sebagai herba yang tumbuh rendah dan kuat, yang memiliki kemampuan untuk menyebar secara vegetatif karena perakarannya yang berasal dari batang horizontal, sehingga membentuk bagian yang besar dan kukuh. Bunga kemungkinan diserbuki oleh burung dan serangga. Biji tertiup angin, sampai sejauh 2 m. Di Bali berbuah sekitar Agustus.

Buah ditumbuk dan digunakan untuk “pembersih” darah serta mengatasi kulit terbakar. Daun mengobati reumatik. Perasan buah atau akar kadang-kadang digunakan untuk mengatasi racun gigitan ular atau terkena panah beracun. Biji konon bisa mengatasi serangan cacing dalam pencernaan. Pohon juga dapat digunakan sebagai makanan ternak.

 

2. Api-api Avicennia alba (Avicenniaceae)

blog-3

 

Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar dengan ketinggian mencapai 25 m. Kumpulan pohon membentuk sistem perakaran horizontal dan akar nafas yang rumit. Akar nafas biasanya tipis, berbentuk jari (atau seperti asparagus) yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, sementara yang lain kadangkadang memiliki permukaan yang halus. Pada bagian batang yang tua, kadangkadang ditemukan serbuk tipis.

Permukaan daun halus, bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: lanset (seperti daun akasia) kadang elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 16 x 5 cm.

Bunga seperti trisula dengan gerombolan bunga (kuning) hampir di sepanjang ruas tandan. Letak: di ujung/pada tangkai bunga. Formasi: bulir (ada 10-30 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning cerah, 3-4 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.

Pohon api-api adalah jenis pionir pada habitat rawa mangrove di lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian yang lebih asin di sepanjang pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang garis pantai. Mereka umumnya menyukai bagian muka teluk. Akarnya dilaporkan dapat membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan daratan. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Genus ini kadang-kadang bersifat vivipar, dimana sebagian buah berbiak ketika masih menempel di pohon.

Pohon api-api dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan bahan bangunan bermutu rendah. Getah dapat digunakan untuk mencegah kehamilan. Buah dapat dimakan.

 

3. Teruntun Aegiceras corniculatum (Myrsinaceae)

blog-2

 

Semak atau pohon kecil yang selalu hijau dan tumbuh lurus dengan ketinggian pohon mencapai 6 m. Akar menjalar di permukaan tanah. Kulit kayu bagian luar abu-abu hingga coklat kemerahan, bercelah, serta memiliki sejumlah lentisel.

Daun berkulit, terang, berwarna hijau mengkilat pada bagian atas dan hijau pucat di bagian bawah, seringkali bercampur warna agak kemerahan. Kelenjar pembuangan garam terletak pada permukaan daun dan gagangnya. Unit & Letak: sederhana & bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik hingga elips. Ujung: membundar. Ukuran: 11 x 7,5 cm.

Dalam satu tandan terdapat banyak bunga yang bergantungan seperti lampion, dengan masing-masing tangkai/gagang bunga panjangnya 8-12 mm. Letak: di ujung tandan/tangkai bunga. Formasi: payung. Daun Mahkota: 5; putih, ditutupi rambut pendek halus; 5-6 mm. Kelopak Bunga: 5; putih – hijau.

Buah berwarna hijau hingga merah jambon (jika sudah matang), permukaan halus, membengkok seperti sabit,. Dalam buah terdapat satu biji yang membesar dan cepat rontok. Ukuran: panjang 5-7,5 cm dan diameter 0,7 cm.

Memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas, tanah dan cahaya yang beragam. Mereka umum tumbuh di tepi daratan daerah mangrove yang tergenang oleh pasang naik yang normal, serta di bagian tepi dari jalur air yang bersifat payau secara musiman. Perbungaan terjadi sepanjang tahun, dan kemungkinan diserbuki oleh serangga. Biji tumbuh secara semi-vivipar, dimana embrio muncul melalui kulit buah ketika buah yang membesar rontok. Biasanya segera tumbuh sekelompok anakan di bawah pohon dewasa. Buah dan biji telah teradaptasi dengan baik terhadap penyebaran melalui air.

Kulit kayu yang berisi saponin digunakan untuk racun ikan. Bunga digunakan sebagai hiasan karena wanginya. Kayu untuk arang. Daun muda dapat dimakan

 

4. Bakau Rhizophora apiculata (Rhizophoraceae)

blog-4

Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah.

Daun berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.

Bunga biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran <14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.

Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.

Tumbuhan ini tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.

Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tanin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acapkali ditanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan.

Written by lina.dwi.lestari in: Uncategorized |
Nov
02
2016
0

CARA BELAJAR UNTUK MEMAHAMI SPESIMEN

Dosen Pembimbing : Bpk Atus Syahbuddin

Yang pertama yaitu dengan flash card kecil yang berisi nama lokal, nama ilmiah, dan nama family. Flashcard ini berukuran kecil. Dan flashcard dengan berukuran lebih besar untuk mengelompokkan specimen berdasarkan family. Dalam menghafal family saya menghafal nama family tanpa penambahan ceae, misalnya untuk menghafal nama family Sapotaceae maka yang saya hafal adalah Sapota, untuk ceae selalu mengikuti karena merupakan ciri dari penamaan family. Flashcard tidak harus dengan kertas yang bagus, saya menggunakan kertas bekas yang maasih bisa dimanfaatkan. Flash card ini fleksibel, dapat dibaca dimana-mana,selain itu cukup praktis dan tidak memberatkan, dan tentunya lebih ekonomis. Namun kekurangan metode flashcard yaitu kertas mudah tercecer dank arena hanya menggunakan kertas hvs sehingga flashcard mudah rusak.

 

Flashcard

 

Menggunakan printout specimen, gambar yang diperoleh berasal dari gambar yang tersedia di internet. Metode ini saya rasa cukup efektif karena saya adalah tipe belajar visual. D dari specimen dengan mengamati gambar.

 

 

img20161102094124

Printout gambar

 

Memasang wallpaper handphone dengan gambar specimen dan penamaannya serta cirri yang mendasar. Seperti dengan menggunnakan printout cara ini juga cukup efektif karena saya sering mengecek handphone dan pada saat terdapat tulisan maka saya akan membacanya

screenshot_2016-11-02-04-19-55-245

Wallpaper handphone

Written by lina.dwi.lestari in: Uncategorized |
Nov
02
2016
0

KESAN SELAMA MENGIKUTI KULIAH UMUM

Tanggal                 : Jumat, 8 Oktober 2016

Tempat                  : Ruang multimedia Gedung A, Fakultas Kehutanan UGM

Pembicara           : Dr Thomas (asal Filipina)

Moderator          : Mr. James (asal Amerika)

Dosen                   : Bpk Atus Syahbuddin

Kesan yang saya dapatkan selama mengikuti kuliah umum. Saya bersyukur atas karunia dari Allah di dunia ini terdapat banyak sekali spesies tambuhan dan tanaman kayu. Di luar negeri terdapat banyak keunikan species yang dapat hidup di setiap negara. Dan setiap negara tersebut mempunyai tumbuhan atau tumbuhan kayu yang khas.

Menambah kecintaan pada Indonesia, karena Indonesia mempunyai hutan yang cukup beraneka ragam jenis pohonnya. Banyak jenies pohon yang hidup di nengara kita, dan sangat sulit dijumpai di belahan bumi lainnya.

Meningkatkan kesadaran saya, bahwa kecakapan bahasa inggris sangat diperlukan saat ini untuk menjadi pekerja yang mempunyai nilai jual internasional. Misal, Dr Thomas yang berasal dari Filipina dapat menjadi dosen tamu di salah satu Universitas Terbaik di Indonesia. Kemampuan bahasa inggris Dr Thomas juga tidak diragukan lagi.

Memperluas pengetahuan saya tentang cara pembelajaran di Indonesia dan di Filipina. Misalnya jika di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada hanya di kenalkan 70 spesimen namun di Filipina dikenalkan 400 spesimen. Sehingga untuk kedepannya diperlukan pengembangan pembelajarandi Fakultas Kehutanan untuk dapat menciptakan mahasiswa yang bersaing secara global.

Mengetahui strategi untuk dapat mempelajari spesimen seperti mempelajari beberapa specimen setiap minggu, terjun ke lapangan, literature, mempelajari herbarium, gambar digital, dichotomous dan database di internet. Sehingga meningkatkan semangat dan kreativitas mahasiswa dalam menentukan strategi belajarnya masing-masing.

Written by lina.dwi.lestari in: Uncategorized |

Powered by WordPress. Theme: TheBuckmaker